Rabu, 30 Oktober 2019

5 STRATEGI DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL

V
Dengan melebarnya pelaksanaan Pendidikan nonformal sesuai dengan kondisi dan konsep belajar Pendidikan non formal serta menjaga mutu dan sensitivitas Pendidikan nonformal di tengah-tengah masyarakat, maka lima strategi dasar yang perlu di kembangkan adalah:
1.      Pendekatan kemanusiaan (humanistic approach)
Masyarakat dipandang sebagai subjek pembangunan. Masyarakat diakui memiliki potensi untuk berkembang dan sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya.
2.      Pendekatan partisipatif (participatory approach)
Mengandung arti, bahwa masyarakat, lembaga-lembaga terkait, dan/atau komunitas dilibatkan dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat.
3.      Pendekatan kolaboratif (collaborative approach)
Dalam pembangunan masyarakat perlu adanya kerjasama dengan pihak lain (terintegrasi), terkoordinasi dan sinergi.
4.      Pendekatan berkelanjutan ( continuation approach)
Pembangunan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan, untuk itulah pembinaan kader yang berasal dari masyarakat adalah hal yang paling cocok.
5.      Pendekatan budaya (cultural approach)
Penghargaan budaya dan kebiasaan, adat istiadat yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dalam pembangunan masyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan. (djuju Sudjana,2000)

Dengan kelima strategi tersebut, maka Pendidikan nonformal seperti apa yang dibutuhkan masyarakat dalam arti program Pendidikan non formal yang mampu menyentuh dan mengangkat masyarakat menjadi lebih baik dalam kehidupannya (better living) yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan (ekonomi), kesadaran akan lingkungan sosialnya, atau masyarakat yang mengerti dan memahami bagaimana membangun dirinya.

Sabtu, 19 Oktober 2019

Ciri-ciri dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

     

   kindevatter menyarankan beberapa ciri mendasar yang dapat diidentifikasi dalam proses pemberdayaan melalui pendidikan non formal meliputi:
  1. Pembentukan kelompok kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama dan sukarela. Pemberdayaan menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok dapat berkembang.
  2. Pemberian tanggungjawab kepada warga belajar ini sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, penyusunan program sampai dengan evaluasi program yang sudah dlaksanakan.
  3. Kepemimpinan kelompok dipegang warga belajar. Semua kegiatan diatur oleh kelompok, sehingga semua warga belajar memiliki tanggung jawab dalam setiap kegiatan.
  4. Agen, guru, tutor sebagai pendidik berperan sebagai fasilitator.
  5. Proses pengambilan pesan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau hasil pemungutan suara.
  6. Adanya kesamaan pandang dan langkah didalam mencapai tujuan tertentu, yang dapat ditumbuhkan dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah dalam proses pemberdayaan merupakan hal yang sangat penting, dalam pelaksanaannya diperlukan fasilitator yang cakap dan jeli dalam mengungkapkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar.
  7. Metode yang digunakan harus dipilih dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga belajar seperti : dialog dan kelompok kegiatan belajar, antara lain; kelompok belajar dan lokakarya yang dilengkapi dengan peralatan yang dapat digunakan warga belajar dan berbagai latihan mandiri.
  8. Bahan belajar diarahkan pada kebutuhan/kenyataan hidup sehari-hari warga belajar. Dan kegiatan belajar ini pada akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial, eknomi dan atau kedudukan dalam bidang politik.

Rabu, 16 Oktober 2019

Tokoh-Tokoh PLS




Pentingnya peran Pendidikan non formal di masyarakat bisa dianalis dari jenis kebutuhan belajar yang beragam, hal ini sejalan dengan pendapat para ahli di bidang Pendidikan non formal. Berikut ialah tokoh-tokoh PLS yang ada diseluruh dunia:
a. Philip H. Coombs (1963)
 Philip H. Coombs mengatakan, akibat pertambahan penduduk yang makin pesat untuk memperoleh kesempatan pendidikan sehingga menyebabkan beban yang harus dipikul oleh pendidikan formal semakin berat, sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga pendidikan formal mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, kelambatan sistem pendidikan formal untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan serta kelemahan masyarakat tersendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan formal sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja makin bebas.

b. Ivan Illich (1972)
Ivan Illich (1972) mengatakan, sekolah memonopoli pendidikan dan lebih menitik beratkan produknya berupa lulusan yang hanya didasarkan atas hasil penelitian dengan menggunakan angka-angka dan ijazah, mengaburkan makna belajar dan mengajar, jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan serta pemilikan ijazah dan kemampuan lulusan untuk berprestasi dan berinovasi, proses pendidikan dinominasi oleh guru dan pada gilirannya merampas harga diri peserta didik yang akan mengakibatkan lemahnya ketahanan pribadi peserta didik (kurangnya sikap kreatif dan kritis serta adanya rasa ketidakbebasan untuk mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan potensi yang mereka miliki) serta tumbuhnya ketergantungan peserta didik kepada pihak lain yang dianggap lebih berkuasa.

c. Paulo Freire
Paulo Freire mengatakan, sepanjang adanya kelompok yang menekan dan kelompok yang merasa tertekan dalam suatu masyarakat yang tidak mungkin bisa berkembang secara demokratis, kreatif dan dinamis, ketidakberhasilan sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang memberi kemampuan kepada peserta didik untuk berpikir kritis sehingga mereka dapat mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah yang timbul dalam dunia kehidupannya, situasi pembelajaran di sekolah pada umumnya tidak mengembangkan dialog antara pendidik dan peserta didik, tidak saling belajar dan sekolah lebih menekankan hubungan vertical antara guru dan dosen serta belajar mengajar di sekolah lebih didominasi oleh guru yang cenderung berperan sebagai penekan (oppressor) sedangkan peserta didik cenderung berada dalam situasi tertekan (oppressed).

d. Carl Rogers (1961)
            Carl Rogers mengatakan, bahwa proses pembelajaran pendidikan nonformal berpusat pada guru.

e. Abraham H. Maslaw (1954)
Abraham H. Maslaw mengatakan, bahwa tarap kehidupan peserta didik akan terus meningkat apabila dalam dirinya telah berkembang kemampuan untuk mengenali kenyataan diri melalui interaksi dengan lingkungan melalui penggunaan cara-cara baru.

f. Jerome S. Bruner (1966)
Jerome S. Bruner mengatakan, adanya dorongan yang tumbuh dari dalam diri peserta didik, adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan berbuat dalam kegiatan belajar, serta peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu dari guru.

g. B. F. Skinner (1968)
B. F. Skinner mengatakan, bahwa pada umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan tidak didasarkan atas perkembangan lingkungan, kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh pendidik dan bukan oleh bahan dan cara belajar, serta peserta didik dan lulusan kurang tangkap terhadap kenyataan dan masalah yang terdapat dalam lingkungannya.

h. Malcolm S. Knowles (1977)
Malcolm S. Knowles menggabungkan teori psikologi dan pendekatan sistem untuk mengembangkan proses pembelajaran dan beranggapan bahwa, setiap peserta didik memiliki kebutuhan psikologi untuk mengarahkan diri supaya diakui oleh masyarakat, kegiatan belajar yang tepat ialah kegiatan yang melibatkan setiap peserta didik untuk alternatif jawaban terhadap pertanyaan atau masalah, peserta didik dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk menemukan dan melakukan kegiatan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Faktor penyebabnya dikarenakan oleh sikap kaku yang terdapat pada pendidikan formal itu sendiri yang lamban untuk melakukan inovasi atau menyerap hal-hal yang baru datang dari luar sistemnya, orientasi terhadap pendidikan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh birokrat atas lebih kuat dibandingkan dengan orientasinya terhadap kenyataan yang terdapat di luar sistem termasuk ke dalam kepentingan kehidupan para siswa.

Rabu, 02 Oktober 2019

Tugas Pendidik di Masyarakat

       


 Helmawati (2016:130), menjelaskan bahwa Pemimpin dan pemuka masyarakat adalah pendidik dalam lembaga pendidikan nonformal, macam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada di masyarakat. sebenarnya masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga, jika keluarga-keluarganya baik, otomatis masyarakatnya baik, Tentu saja dampak terhadap pendidikan anak di masyarakatpun akan baik karena pemimpin atau pemuka masyarakat dan anggota masyarakat lainnya akan mencontohkan dan mengajarkan hal-hal baik serta mencegah hal-hal buruk. Tugas pendidik dalam masyarakat adalah:
a. mendidik/membina
b. memakmurkan
c. memperbaiki
d. mengajak kepada kebaikan, dan
e. melarang perbuatan yang mungkar.
          Menyoroti tentang pendidik di masyarakat, Ahmad Tafsir melihat bahwa instansi kepolisian adalah salah satu kelompok yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan anak (masyarakat). kepolisian, menurut teori, adalah lembaga pendidikan. Artinya, dalam proses memanusiakan manusia lembaga kepolisian harus ikut bertanggung jawab. Fungsi ini sekarang kurang optimal karena ada beberapa oknum yang melakukan tindakan kurang mendidik. Pada tingkat ekstrem, malah instansi ini dipertanyakan keberadaannya. Masihkah lembaga kepolisian dianggap sebagai salah satu tempat pendidikan?
           Penjara nama lainnya disebut sebagai lembaga pemasyarakatan. Di situ terkandung pengertian bahwa penjara adalah salah satu tempat pendidikan. Mendidik manusia yang jahat agar menyadari perbuatannya dan kembali menjadi manusia yang baik setelah keluar dari penjara. sekarang, fungsi inipun aganya dipertanyakan keberadaannya karena ada orang yang mengatakan" masuk mencuri ayam, keluar mencuri kambing". banyak anak muda yang masuk penjara karena menggunakan narkoba untuk kedua bahkan ketiga kalinya. Penjara sebagai pendidik yang seharusnya memberikan contoh yang baik bagi pelaku kejahatan bahkan ikut terlibat melakukan kejahatan yang dikendalikan dari dalam penjara. Dan bagaimana pula pelaku koruptor yang seharusnya mendekam di dalam penjara, ternyata dapat keluar masuk tempat tersebut sesuka hatinya. Masihkah fungsi penjara ini layak disebut sebagai salah satu tempat pendidikan.
        Selanjutnya adalah pengadilan. Pengadilan pada awalnya juga merupakan salah satu tempat pendidikan. Pengadilan membantu membuktikan dan memutuskan yang benar adalah benar dan yang salah. Tetapi pengadilan sekarang apa masih berfungsi dengan baik? bagaimana jika pengadilan mendemostrasikan ketidakadilan? ia berfungsi sebaliknya. Kemudian keberadaan partai politik, organisasi massa, atau LSM, masing-masing adalah juga kelompok orang yang dikategorikan sebagai pendidik. Apakah sekarang lembaga-lembaga itu berfungsi sebagai tempat pendidikan?
           Dengan merenungkan fakta-fakta di atas, tahulah mengapa hasil pendidikan sekarang jauh dari yang diharapkan. Mungkin saja banyak lulusan sekolah sangat menguasai salah satu bidang pengetahuan, atau sangat ahli dalam salah satu vokasi, tetapi bagaimana kualitas kemanusiaannya sebagai manusia?. Ingat, tujuan utama pendidikan ialah membantu manusia menjadi manusia.

Referensi:
Helmawati. 2016. Pendidikan Keluarga (Teoretis dan Praktis). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 

Selasa, 01 Oktober 2019

Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Orang Dewasa





Basleman dan Mappa (2011: 29) mengatakan secara garis besar, faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran orang dewasa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber dari dalam diri warga belajar, seperti faktor fisiologis yang mencakup pendengaran, penglihatan, kondisi fisiologis, serta faktor psikologis yang mencakup kebutuhan, kecerdasan, motivasi, perhatian, berfikir, serta ingat dan lupa. Faktor eksternal ialah segala faktor yang bersumber dari luar diri warga belajar, seperti faktor lingkungan belajar yang mencakup lingkungan alam, fisik, dan sosial serta faktor sistem penyajian yang mencakup kurikulum, bahan ajar, dan metode penyajian. Uraian lebih lanjut mengenai setiap faktor yang memengaruhi interaksi belajar dikemukakan dalam uraian berikut:
1 Faktor Fisiologis
Strategi belajar dan membelajarkan apapun dan metode penyajian apapun yang digunakan, peran pendengaran dan penglihatan sangatlah penting dalam proses interaksi belajar. Penjelasan tutor pada waktu belajar dalam diskusi, diperhatikan lewat pendengaran dan penglihatan. Warga belajar mencari informasi melalui bahan bacaab di perpustakaan, mempelajari catatan, mengamati hasil percobaan dalam laboratorium, serta mengadakan observasi memerlukan penglihatan dan pendengaran yang baik. Oleh karena itu, tutor/fasilitator perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai penglihatan dan pendengaran agar strategi belajar dan membelajarkan  dipilih dapat secara optimal membantu proses interaksi belajar sehingga hasilnya dapat lebih efektif dan efisien.

            2.  Faktor Psikologis
Faktor yang mempengaruhi proses interaksi belajar warga belajar pada garis besarnya dikelompokan atas aspek kecerdasan/bakat, motivasi, perhatian, berfikir, ingatan/lupa, dan sebagainya.
a.      Kecerdasan/bakat
Kecerdasan/bakat merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan belajar tertentu. Tugas pendidik ialah mengembangkan seoptimal  mungkin potensi kecerdasan/bakat warga belajar dalam mempelajari suatu bahan ajar.
b.      Motivasi
1)      Pengertian
Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Dalam psikologi, motivasi, diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat memengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Motivasi sesorang ditentukan oleh kuat dan lemahnya itensitas motifnya untuk melakukan kegiatan.
2)      Tujuan
a) Memberikan semangat kerja/belajar untuk meningkatkan kemampuan    kerja/belajarmeningkatkan saling pengertian dan interaksi antara subjek dan objek didik.
b)     Meningkatkan saling pengertian dan interaksi antara subjek dan objek didik
c)  Meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai  tujuan yang diinginkan.
3)      Fungsi
a)  Motivasi memberikan kekuatan semangat (energize) kepada seseorang dalam   melakukan kegiatan belajar.
b)   Mengarahkan (direct) kegiatan yang perlu motivasi, minat, perhatian, waktu dan daya yang diarahkan untuk menemukan cara yang dapat ditempuh guna mencapai  tujuan
c)  Memilih dan menekankan pada tingkah laku yang tepat dilakukan dalam usaha mencapai tujuan dan menghindari tingkah laku yang tidak ada hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan .
4)      Bentuk
a)  Motivasi internal atau motivasi intrinsil tumbuh dalam diri warga belajar. Seseorang melakukan kegiatan belajar karena menyadari bahwa kegiatan tersebut bermanfaat bagi dirinya dalam usahanya mencapai cita-citanya.
b)  Motivasi eksternal atau motivasi ektrinsik timbul karena rangsangan dari luar. Misalnya seorang warga belajar, baru mencari buku catatan pelajaran setelah ada pengumuman ulangan/ujian.
5)      Cara pembinaan
a)     Pembinaan motivasi  dilakukan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat seseorang dalam bidang studinya masing-masing melalui diskusi tentang aspirasi dan nilai-nilai moral profesional bagi kehidupan dan penghidupan yang diperoleh dan program bidang studinya.
b)   Mengelola situasi belajar membelajarkan sebagai suatu game berupa perlombaan atau permainan, baik secara perseorangan maupun secara kelompok/kelas
c)   Mengelola situasi belajar membelajarkan yang memungkinkan terjadinya proses belajar atau berlatih yang menggairahkan dan senantiasa berusaha meningkatkan prestasi belajar/rekor latihan olahraga yang telah dicapai
d)     Membagi tujuan belajar jangka panjang atas tujuan-tujuan belajar terminal jangka pendek dan jangka menengah
e)    Gabungan dari berbagai cara pembinaan yang telah dikemukakan dari ( butir a  s.d.  d).
c.       Perhatian
             Perhatian dapat diartikan sebagai pemusatan energy psikis yang dilakukan secara sadar terhadap suatu (objek/materi pelajaran).
d.      Berfikir
      Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang berupa upaya melukiskan gagasan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dengan memperhitungkan hubungan sebab akibat dan dirangkaikan secara logis dan rasional.
e.       Ingatan/lupa
           Ingatan atau memori adalah suatu kegiatan kognitif yang memungkinkan seseorang dapat mengemukakan kembali pengetahuan yang telah dimilkinya. Mengingat merupakan kemampuan untuk mengemukakan kembali pengetahuan atau pengalaman yang telah diperoleh.
f.       Belajar lanjut (overlearning)
      Menurut Mietzel (1977:8-10), seseorang yang telah mempelajari unit pelajaran tertentu beberapa waktu kemudian tidak dapat lagi mengingat seluruh apa yang pernah dipelajararinya. Bagian yang masih teringat makin lama makin berkurang dan menurun dengan cepat, dan yang tersisa masih dapat teringat dalam waktu yang agak lama.
g.      Reviusi/resitasi
      Reviu atau resitasi ialah suatu cara belajar yang dilakukan untuk memproduksi pelajaran yang aktif, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.


3Faktor Lingkungan Belajar
a.      Lingkungan belajar dalam kampus/tempat belajar
    Lingkungan alam dalam kampus mencakup keadaan, suhu, kelembapan dan pertukaran udara, serta cahaya dalam ruangan yang semuanya menyangkut sistem ventilasi dan penerangan ruangan /gedung. Dalam kategori ini termasuk pula tumbuh-tumbuhan yang ada dalam kampus.
b.      Lingkungan belajar di luar kampus/tempat belajar
Lingkungan alam di luar kampus mencakup topografi, flora dan fauna serta penduduk dan jenis mata pencaharian penduduk di sekitar kampus bisa menjadi sumber bahan ajar dan sumber inspirasi bagi warga dan pamong belajar untuk menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar yang bergairah.

4. Sistem Penyajian
            Sistem pembelajaran PLS dapat memengaruhi proses interaksi belajar antara lain kurikulum,               bahan pelajaran, dan metode penyajian.

Referensi:
Basleman, Anisah dan syamsu mappa. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.