Pentingnya peran Pendidikan non formal di masyarakat bisa dianalis dari jenis kebutuhan belajar yang beragam, hal ini sejalan dengan pendapat para ahli di bidang Pendidikan non formal. Berikut ialah tokoh-tokoh PLS yang ada diseluruh dunia:
a. Philip H. Coombs (1963)
Philip H. Coombs mengatakan, akibat
pertambahan penduduk yang makin pesat untuk memperoleh kesempatan pendidikan
sehingga menyebabkan beban yang harus dipikul oleh pendidikan formal semakin
berat, sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga
pendidikan formal mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, kelambatan sistem pendidikan formal
untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan serta
kelemahan masyarakat tersendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan
pendidikan formal sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para
lulusan dengan lapangan kerja makin bebas.
b. Ivan Illich (1972)
Ivan Illich (1972) mengatakan, sekolah memonopoli
pendidikan dan lebih menitik beratkan produknya berupa lulusan yang hanya
didasarkan atas hasil penelitian dengan menggunakan angka-angka dan ijazah,
mengaburkan makna belajar dan mengajar, jenjang pendidikan dan tingkat
kemampuan serta pemilikan ijazah dan kemampuan lulusan untuk berprestasi dan
berinovasi, proses pendidikan dinominasi oleh guru dan pada gilirannya merampas
harga diri peserta didik yang akan mengakibatkan lemahnya ketahanan pribadi
peserta didik (kurangnya sikap kreatif dan kritis serta adanya rasa
ketidakbebasan untuk mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan potensi yang
mereka miliki) serta tumbuhnya ketergantungan peserta didik kepada pihak lain
yang dianggap lebih berkuasa.
c. Paulo Freire
Paulo Freire mengatakan, sepanjang adanya
kelompok yang menekan dan kelompok yang merasa tertekan dalam suatu masyarakat
yang tidak mungkin bisa berkembang secara demokratis, kreatif dan dinamis,
ketidakberhasilan sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang memberi
kemampuan kepada peserta didik untuk berpikir kritis sehingga mereka dapat
mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah yang timbul dalam dunia
kehidupannya, situasi pembelajaran di sekolah pada umumnya tidak mengembangkan
dialog antara pendidik dan peserta didik, tidak saling belajar dan sekolah
lebih menekankan hubungan vertical antara guru dan dosen serta belajar mengajar
di sekolah lebih didominasi oleh guru yang cenderung berperan sebagai penekan
(oppressor) sedangkan peserta didik cenderung berada dalam situasi tertekan
(oppressed).
d. Carl Rogers (1961)
Carl
Rogers mengatakan, bahwa proses pembelajaran pendidikan nonformal berpusat pada
guru.
e. Abraham H. Maslaw (1954)
Abraham H. Maslaw mengatakan, bahwa tarap
kehidupan peserta didik akan terus meningkat apabila dalam dirinya telah
berkembang kemampuan untuk mengenali kenyataan diri melalui interaksi dengan
lingkungan melalui penggunaan cara-cara baru.
f. Jerome S. Bruner (1966)
Jerome S. Bruner mengatakan, adanya dorongan
yang tumbuh dari dalam diri peserta didik, adanya kebebasan peserta didik untuk
memilih dan berbuat dalam kegiatan belajar, serta peserta didik tidak merasa
terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu
dari guru.
g. B. F. Skinner (1968)
B. F. Skinner mengatakan, bahwa pada umumnya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan tidak didasarkan atas
perkembangan lingkungan, kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh pendidik
dan bukan oleh bahan dan cara belajar, serta peserta didik dan lulusan kurang
tangkap terhadap kenyataan dan masalah yang terdapat dalam lingkungannya.
h. Malcolm S. Knowles
(1977)
Malcolm S. Knowles menggabungkan teori
psikologi dan pendekatan sistem untuk mengembangkan proses pembelajaran dan
beranggapan bahwa, setiap peserta didik memiliki kebutuhan psikologi untuk
mengarahkan diri supaya diakui oleh masyarakat, kegiatan belajar yang tepat
ialah kegiatan yang melibatkan setiap peserta didik untuk alternatif jawaban
terhadap pertanyaan atau masalah, peserta didik dapat mengarahkan dirinya
sendiri untuk menemukan dan melakukan kegiatan yang tepat dalam memenuhi
kebutuhan belajarnya. Faktor penyebabnya dikarenakan oleh sikap kaku yang
terdapat pada pendidikan formal itu sendiri yang lamban untuk melakukan inovasi
atau menyerap hal-hal yang baru datang dari luar sistemnya, orientasi terhadap
pendidikan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh birokrat atas lebih kuat
dibandingkan dengan orientasinya terhadap kenyataan yang terdapat di luar
sistem termasuk ke dalam kepentingan kehidupan para siswa.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar