Minggu, 24 November 2019

Fungsi Pendidikan Masyarakat



1.      Fungsi PLS sebagai substitusi pendidikan sekolah
Substitusi atau pengganti mengandung arti bahwa PLS sepenuhnya menggantikan pendidikan sekolah bagi peserta didik yang karena berbagai alasan tidak bisa menempuh pendidikan sekolah. Materi pelajaran yang diberikan adalah sama dengan yang diberikan di pendidikan persekolahan. Contoh: Pendidikan Kesetaraan yaitu Paket A setara SD untuk anak usia 7-17 tahun, Pket B setara bagi anak usia 13-15 tahun, dan Paket C setara SLTP bagi remaja usia SLTA. Setelah peserta didik menamatkan studinya dan lulus ujian akhir, mereka memperoleh ijazah yang setara SD,SLTP dan SLTA.
2.      Fungsi PLS sebagai komplemen pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah sebagai komplemen adalah pendidikan yang materinya melengkapai apa yang diperoleh di bangku sekolah. Ada  beberapa alasan sehingga materi pendidikan persekolahan harus dilengkapi pada PLS. Pertama, karena tidak semua hal yang dibutuhkan peserta didik dalam menempuh perkembangan fisik dan  psikisnya dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, jalur PLS merupakan wahana paling tepat untuk mengisi kebutuhan mereka. Kedua, memang ada kegiatan-kegiatan atau  pengalaman belajar tertentu yang tidak biasa diajarkan di sekolah. Misalnya olah raga prestasi, belajar bahasa asing di SD, dan sebagainya. Untuk pemenuhan kebutuhan belajar macam itu PLS merupakan saluran yang tepat. Bentuk-bentuk PLS yang berfungsi sebagai komplemen pendidikan sekolah dapat berupa kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, latihan drama, seni suara, PMR) atau kegiatan yang dilakukan di luar sekolah. Kegiatan terakhir ini dilakukan oleh lembaga-lembaga PLS yang diselenggarakan masyarakat dalam bentuk kursus, kelompok  belajar dan sebagainya.
3.      Fungsi PLS sebagai suplemen pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah sebagai suplemen berarti kegiatan pendidikan yang materinya memberikan tambahan terhadap materi yang dipelajari di sekolah. Sasaran populasi PLS sebagai suplemen adalah anak-anak, remaja, pemuda atau orang dewasa, yang telah menyelesaikan jenjang  pendidikan sekolah tertentu (SD sampai PT). Mengapa mereka membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sebagai tambahan pendidikan yang tidak diperoleh di sekolah? Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat,sehingga kurikulum sekolah sering ketinggalan. Oleh karena itu, lulusan pendidikan sekolah perlu menyesuaikan pengetahuan dan keterampilannya dengan perkembangan ilmu  pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Hal itu dapat ditempuh dengan melakukannya melalui PLS. Kedua, pada umumnya lulusan pendidikan sekolah belum sepenuhnya siap terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu, lulusan tersebut perlu dibekali dengan  pengetahuan dan keterampilan yang diminta oleh dunia kerja melalui PLS. Ketiga, proses belajar itu sendiri berlangsung seumur hidup. Walaupun telah menamatkan pendidikan sekolah sampai jenjang tertinggi, seseorang masih perlu belajar untuk tetap menyelaraskan hidupnya dengan perkembangan dan tuntutan lingkungannya

Program Kesetaraan (equivalencey education)



Rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia saah satunya diakibatkan oleh tingginya angka putus sekolah. Oleh karena permasalahan-permasalahan tersebut, program kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab permasalahan mutu sumber daya manusia. sesuai  dengan fungsi dan perannya PKBM sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat memiliki peran penting dalam mengembangkan program-program kesetaraan di tengah-tengah masyarakatnya.
Program kesetaraan melingkupi program kelompok belajar paket A setara SD/MI, dilaksanakan dengan prioritas kepada anak-anak usia sekolah dasar yang tidak sekolah atau putus sekolah dasar. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kelompok belajar binaan PKBM dengan jumlah warga belajar minimal 20 sampai dengan 30 orang dan di bantu oleh beberapa orang tutor yang mengerti tentang Pendidikan dasar. Sistem kelas yang digunakan dalam paket A berbeda dengan sekolah formal SD/MI  yang di kenal dengan kelas 1 sampai kelas 6. Pada Pendidikan kesetaraan paket A dikenal dengan sistem level, dimana untuk level Pendidikan dasar paket A hanya memilliki 2 level yakni paket A awal dan paket A dasar atau dikenal dengan istilah darjah awal dan dasar.
Program kesetaraan paket B setara dengan SMP/MTS, ditujukan bagi masyarakat yang putus sekolah SMP/MTS dengan prioritas pada anak usia wajib belajar karena berbagai faktor tidk bisa melanjutkan seperti: karena alasan ekonomi, sosial, jarak sekolah yang jauh dan tidak terjangkau, dsb. Sistem kelas yang digunakan pada program paket B berbeda dengan sekolah formal SMP/MTS atau dalam program paket B tidak mengenal kelas 7, 8  dan 9 akan tetapi dikenal dengan istilah level atau darjah. Jumlah level pada program paket B ada dua yakni level 3 terampil 1 dan level 4 terampil 2.
Program kesetaraan paket C meruapakan program yang setara dengan SMA/MA. Program ini dikembangkan sebagai program Pendidikan alternative atau pilihan masyarakat, karena program paket c dikembangkan lebih profesional dan bersaing dengan kualitas Pendidikan sekolah (formal). Program paket C dikembangkan lebih kompetitif, terutama untuk menjawab berbagai keraguan masyarakat terhadap kualitas Pendidikan non formal. Jumlah warga belajar dalam program paket C adalah antar 40-50 orang.


Senin, 04 November 2019

FAKTA SEPUTAR PROSPEK KERJA JURUSAN PENMAS



Jurusan PENMAS (Pendidikan Masyarakat) yang dulu dikenal dengan nama PLS (Pendidikan Luar Sekolah) Merupakan salah satu jurusan yang memiliki prospek kerja yang menjanjikan. Hal itu karena lulusan dari Penmas dapat bekerja di berbagai aspek dalam dalam  Pendidikan dan tidak harus bekerja di dalam Pendidikan non formal saja. Karena sejatinya prospek kerja dari lulusan jurusan Penmas ini sangat luas sekali  adapun prospek kerja jurusan Penmas diantaranya adalah sebagai berikut:  
1. Sebagai Penilik Pendidikan Masyarakat
2. Sebagai pengelola dan penyelenggara program PNFI
3. Sebagai Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud
4. Sebagai Pamong Belajar
5. Sebagai Fasilitator PAUD
6. Sebagai Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
7.   Sebagai Badan Pemberdaya Masyarak
8. Sebagai Tenaga Lapangan Pendidikan Masyarakat
9. Sebagai Laboran
10.Sebagai Administrasi PNF
11.Sebagai Pengelola dan Tutor di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM)
12. Sebagai pegawai di lingkungan Departemen Sosial (DINSOS)

Demikianlah tulisan mengenai Fakta Seputar Prospek Kerja Jurusan Penmas, yang mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiaannya saya ucapkan terimakasih.

Rabu, 30 Oktober 2019

5 STRATEGI DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL

V
Dengan melebarnya pelaksanaan Pendidikan nonformal sesuai dengan kondisi dan konsep belajar Pendidikan non formal serta menjaga mutu dan sensitivitas Pendidikan nonformal di tengah-tengah masyarakat, maka lima strategi dasar yang perlu di kembangkan adalah:
1.      Pendekatan kemanusiaan (humanistic approach)
Masyarakat dipandang sebagai subjek pembangunan. Masyarakat diakui memiliki potensi untuk berkembang dan sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya.
2.      Pendekatan partisipatif (participatory approach)
Mengandung arti, bahwa masyarakat, lembaga-lembaga terkait, dan/atau komunitas dilibatkan dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat.
3.      Pendekatan kolaboratif (collaborative approach)
Dalam pembangunan masyarakat perlu adanya kerjasama dengan pihak lain (terintegrasi), terkoordinasi dan sinergi.
4.      Pendekatan berkelanjutan ( continuation approach)
Pembangunan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan, untuk itulah pembinaan kader yang berasal dari masyarakat adalah hal yang paling cocok.
5.      Pendekatan budaya (cultural approach)
Penghargaan budaya dan kebiasaan, adat istiadat yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dalam pembangunan masyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan. (djuju Sudjana,2000)

Dengan kelima strategi tersebut, maka Pendidikan nonformal seperti apa yang dibutuhkan masyarakat dalam arti program Pendidikan non formal yang mampu menyentuh dan mengangkat masyarakat menjadi lebih baik dalam kehidupannya (better living) yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan (ekonomi), kesadaran akan lingkungan sosialnya, atau masyarakat yang mengerti dan memahami bagaimana membangun dirinya.

Sabtu, 19 Oktober 2019

Ciri-ciri dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

     

   kindevatter menyarankan beberapa ciri mendasar yang dapat diidentifikasi dalam proses pemberdayaan melalui pendidikan non formal meliputi:
  1. Pembentukan kelompok kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama dan sukarela. Pemberdayaan menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok dapat berkembang.
  2. Pemberian tanggungjawab kepada warga belajar ini sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, penyusunan program sampai dengan evaluasi program yang sudah dlaksanakan.
  3. Kepemimpinan kelompok dipegang warga belajar. Semua kegiatan diatur oleh kelompok, sehingga semua warga belajar memiliki tanggung jawab dalam setiap kegiatan.
  4. Agen, guru, tutor sebagai pendidik berperan sebagai fasilitator.
  5. Proses pengambilan pesan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau hasil pemungutan suara.
  6. Adanya kesamaan pandang dan langkah didalam mencapai tujuan tertentu, yang dapat ditumbuhkan dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah dalam proses pemberdayaan merupakan hal yang sangat penting, dalam pelaksanaannya diperlukan fasilitator yang cakap dan jeli dalam mengungkapkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar.
  7. Metode yang digunakan harus dipilih dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga belajar seperti : dialog dan kelompok kegiatan belajar, antara lain; kelompok belajar dan lokakarya yang dilengkapi dengan peralatan yang dapat digunakan warga belajar dan berbagai latihan mandiri.
  8. Bahan belajar diarahkan pada kebutuhan/kenyataan hidup sehari-hari warga belajar. Dan kegiatan belajar ini pada akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial, eknomi dan atau kedudukan dalam bidang politik.

Rabu, 16 Oktober 2019

Tokoh-Tokoh PLS




Pentingnya peran Pendidikan non formal di masyarakat bisa dianalis dari jenis kebutuhan belajar yang beragam, hal ini sejalan dengan pendapat para ahli di bidang Pendidikan non formal. Berikut ialah tokoh-tokoh PLS yang ada diseluruh dunia:
a. Philip H. Coombs (1963)
 Philip H. Coombs mengatakan, akibat pertambahan penduduk yang makin pesat untuk memperoleh kesempatan pendidikan sehingga menyebabkan beban yang harus dipikul oleh pendidikan formal semakin berat, sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga pendidikan formal mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, kelambatan sistem pendidikan formal untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan serta kelemahan masyarakat tersendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan formal sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja makin bebas.

b. Ivan Illich (1972)
Ivan Illich (1972) mengatakan, sekolah memonopoli pendidikan dan lebih menitik beratkan produknya berupa lulusan yang hanya didasarkan atas hasil penelitian dengan menggunakan angka-angka dan ijazah, mengaburkan makna belajar dan mengajar, jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan serta pemilikan ijazah dan kemampuan lulusan untuk berprestasi dan berinovasi, proses pendidikan dinominasi oleh guru dan pada gilirannya merampas harga diri peserta didik yang akan mengakibatkan lemahnya ketahanan pribadi peserta didik (kurangnya sikap kreatif dan kritis serta adanya rasa ketidakbebasan untuk mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan potensi yang mereka miliki) serta tumbuhnya ketergantungan peserta didik kepada pihak lain yang dianggap lebih berkuasa.

c. Paulo Freire
Paulo Freire mengatakan, sepanjang adanya kelompok yang menekan dan kelompok yang merasa tertekan dalam suatu masyarakat yang tidak mungkin bisa berkembang secara demokratis, kreatif dan dinamis, ketidakberhasilan sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang memberi kemampuan kepada peserta didik untuk berpikir kritis sehingga mereka dapat mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah yang timbul dalam dunia kehidupannya, situasi pembelajaran di sekolah pada umumnya tidak mengembangkan dialog antara pendidik dan peserta didik, tidak saling belajar dan sekolah lebih menekankan hubungan vertical antara guru dan dosen serta belajar mengajar di sekolah lebih didominasi oleh guru yang cenderung berperan sebagai penekan (oppressor) sedangkan peserta didik cenderung berada dalam situasi tertekan (oppressed).

d. Carl Rogers (1961)
            Carl Rogers mengatakan, bahwa proses pembelajaran pendidikan nonformal berpusat pada guru.

e. Abraham H. Maslaw (1954)
Abraham H. Maslaw mengatakan, bahwa tarap kehidupan peserta didik akan terus meningkat apabila dalam dirinya telah berkembang kemampuan untuk mengenali kenyataan diri melalui interaksi dengan lingkungan melalui penggunaan cara-cara baru.

f. Jerome S. Bruner (1966)
Jerome S. Bruner mengatakan, adanya dorongan yang tumbuh dari dalam diri peserta didik, adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan berbuat dalam kegiatan belajar, serta peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu dari guru.

g. B. F. Skinner (1968)
B. F. Skinner mengatakan, bahwa pada umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan tidak didasarkan atas perkembangan lingkungan, kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh pendidik dan bukan oleh bahan dan cara belajar, serta peserta didik dan lulusan kurang tangkap terhadap kenyataan dan masalah yang terdapat dalam lingkungannya.

h. Malcolm S. Knowles (1977)
Malcolm S. Knowles menggabungkan teori psikologi dan pendekatan sistem untuk mengembangkan proses pembelajaran dan beranggapan bahwa, setiap peserta didik memiliki kebutuhan psikologi untuk mengarahkan diri supaya diakui oleh masyarakat, kegiatan belajar yang tepat ialah kegiatan yang melibatkan setiap peserta didik untuk alternatif jawaban terhadap pertanyaan atau masalah, peserta didik dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk menemukan dan melakukan kegiatan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Faktor penyebabnya dikarenakan oleh sikap kaku yang terdapat pada pendidikan formal itu sendiri yang lamban untuk melakukan inovasi atau menyerap hal-hal yang baru datang dari luar sistemnya, orientasi terhadap pendidikan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh birokrat atas lebih kuat dibandingkan dengan orientasinya terhadap kenyataan yang terdapat di luar sistem termasuk ke dalam kepentingan kehidupan para siswa.

Rabu, 02 Oktober 2019

Tugas Pendidik di Masyarakat

       


 Helmawati (2016:130), menjelaskan bahwa Pemimpin dan pemuka masyarakat adalah pendidik dalam lembaga pendidikan nonformal, macam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada di masyarakat. sebenarnya masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga, jika keluarga-keluarganya baik, otomatis masyarakatnya baik, Tentu saja dampak terhadap pendidikan anak di masyarakatpun akan baik karena pemimpin atau pemuka masyarakat dan anggota masyarakat lainnya akan mencontohkan dan mengajarkan hal-hal baik serta mencegah hal-hal buruk. Tugas pendidik dalam masyarakat adalah:
a. mendidik/membina
b. memakmurkan
c. memperbaiki
d. mengajak kepada kebaikan, dan
e. melarang perbuatan yang mungkar.
          Menyoroti tentang pendidik di masyarakat, Ahmad Tafsir melihat bahwa instansi kepolisian adalah salah satu kelompok yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan anak (masyarakat). kepolisian, menurut teori, adalah lembaga pendidikan. Artinya, dalam proses memanusiakan manusia lembaga kepolisian harus ikut bertanggung jawab. Fungsi ini sekarang kurang optimal karena ada beberapa oknum yang melakukan tindakan kurang mendidik. Pada tingkat ekstrem, malah instansi ini dipertanyakan keberadaannya. Masihkah lembaga kepolisian dianggap sebagai salah satu tempat pendidikan?
           Penjara nama lainnya disebut sebagai lembaga pemasyarakatan. Di situ terkandung pengertian bahwa penjara adalah salah satu tempat pendidikan. Mendidik manusia yang jahat agar menyadari perbuatannya dan kembali menjadi manusia yang baik setelah keluar dari penjara. sekarang, fungsi inipun aganya dipertanyakan keberadaannya karena ada orang yang mengatakan" masuk mencuri ayam, keluar mencuri kambing". banyak anak muda yang masuk penjara karena menggunakan narkoba untuk kedua bahkan ketiga kalinya. Penjara sebagai pendidik yang seharusnya memberikan contoh yang baik bagi pelaku kejahatan bahkan ikut terlibat melakukan kejahatan yang dikendalikan dari dalam penjara. Dan bagaimana pula pelaku koruptor yang seharusnya mendekam di dalam penjara, ternyata dapat keluar masuk tempat tersebut sesuka hatinya. Masihkah fungsi penjara ini layak disebut sebagai salah satu tempat pendidikan.
        Selanjutnya adalah pengadilan. Pengadilan pada awalnya juga merupakan salah satu tempat pendidikan. Pengadilan membantu membuktikan dan memutuskan yang benar adalah benar dan yang salah. Tetapi pengadilan sekarang apa masih berfungsi dengan baik? bagaimana jika pengadilan mendemostrasikan ketidakadilan? ia berfungsi sebaliknya. Kemudian keberadaan partai politik, organisasi massa, atau LSM, masing-masing adalah juga kelompok orang yang dikategorikan sebagai pendidik. Apakah sekarang lembaga-lembaga itu berfungsi sebagai tempat pendidikan?
           Dengan merenungkan fakta-fakta di atas, tahulah mengapa hasil pendidikan sekarang jauh dari yang diharapkan. Mungkin saja banyak lulusan sekolah sangat menguasai salah satu bidang pengetahuan, atau sangat ahli dalam salah satu vokasi, tetapi bagaimana kualitas kemanusiaannya sebagai manusia?. Ingat, tujuan utama pendidikan ialah membantu manusia menjadi manusia.

Referensi:
Helmawati. 2016. Pendidikan Keluarga (Teoretis dan Praktis). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 

Selasa, 01 Oktober 2019

Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Orang Dewasa





Basleman dan Mappa (2011: 29) mengatakan secara garis besar, faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran orang dewasa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber dari dalam diri warga belajar, seperti faktor fisiologis yang mencakup pendengaran, penglihatan, kondisi fisiologis, serta faktor psikologis yang mencakup kebutuhan, kecerdasan, motivasi, perhatian, berfikir, serta ingat dan lupa. Faktor eksternal ialah segala faktor yang bersumber dari luar diri warga belajar, seperti faktor lingkungan belajar yang mencakup lingkungan alam, fisik, dan sosial serta faktor sistem penyajian yang mencakup kurikulum, bahan ajar, dan metode penyajian. Uraian lebih lanjut mengenai setiap faktor yang memengaruhi interaksi belajar dikemukakan dalam uraian berikut:
1 Faktor Fisiologis
Strategi belajar dan membelajarkan apapun dan metode penyajian apapun yang digunakan, peran pendengaran dan penglihatan sangatlah penting dalam proses interaksi belajar. Penjelasan tutor pada waktu belajar dalam diskusi, diperhatikan lewat pendengaran dan penglihatan. Warga belajar mencari informasi melalui bahan bacaab di perpustakaan, mempelajari catatan, mengamati hasil percobaan dalam laboratorium, serta mengadakan observasi memerlukan penglihatan dan pendengaran yang baik. Oleh karena itu, tutor/fasilitator perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai penglihatan dan pendengaran agar strategi belajar dan membelajarkan  dipilih dapat secara optimal membantu proses interaksi belajar sehingga hasilnya dapat lebih efektif dan efisien.

            2.  Faktor Psikologis
Faktor yang mempengaruhi proses interaksi belajar warga belajar pada garis besarnya dikelompokan atas aspek kecerdasan/bakat, motivasi, perhatian, berfikir, ingatan/lupa, dan sebagainya.
a.      Kecerdasan/bakat
Kecerdasan/bakat merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan belajar tertentu. Tugas pendidik ialah mengembangkan seoptimal  mungkin potensi kecerdasan/bakat warga belajar dalam mempelajari suatu bahan ajar.
b.      Motivasi
1)      Pengertian
Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Dalam psikologi, motivasi, diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat memengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Motivasi sesorang ditentukan oleh kuat dan lemahnya itensitas motifnya untuk melakukan kegiatan.
2)      Tujuan
a) Memberikan semangat kerja/belajar untuk meningkatkan kemampuan    kerja/belajarmeningkatkan saling pengertian dan interaksi antara subjek dan objek didik.
b)     Meningkatkan saling pengertian dan interaksi antara subjek dan objek didik
c)  Meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai  tujuan yang diinginkan.
3)      Fungsi
a)  Motivasi memberikan kekuatan semangat (energize) kepada seseorang dalam   melakukan kegiatan belajar.
b)   Mengarahkan (direct) kegiatan yang perlu motivasi, minat, perhatian, waktu dan daya yang diarahkan untuk menemukan cara yang dapat ditempuh guna mencapai  tujuan
c)  Memilih dan menekankan pada tingkah laku yang tepat dilakukan dalam usaha mencapai tujuan dan menghindari tingkah laku yang tidak ada hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan .
4)      Bentuk
a)  Motivasi internal atau motivasi intrinsil tumbuh dalam diri warga belajar. Seseorang melakukan kegiatan belajar karena menyadari bahwa kegiatan tersebut bermanfaat bagi dirinya dalam usahanya mencapai cita-citanya.
b)  Motivasi eksternal atau motivasi ektrinsik timbul karena rangsangan dari luar. Misalnya seorang warga belajar, baru mencari buku catatan pelajaran setelah ada pengumuman ulangan/ujian.
5)      Cara pembinaan
a)     Pembinaan motivasi  dilakukan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat seseorang dalam bidang studinya masing-masing melalui diskusi tentang aspirasi dan nilai-nilai moral profesional bagi kehidupan dan penghidupan yang diperoleh dan program bidang studinya.
b)   Mengelola situasi belajar membelajarkan sebagai suatu game berupa perlombaan atau permainan, baik secara perseorangan maupun secara kelompok/kelas
c)   Mengelola situasi belajar membelajarkan yang memungkinkan terjadinya proses belajar atau berlatih yang menggairahkan dan senantiasa berusaha meningkatkan prestasi belajar/rekor latihan olahraga yang telah dicapai
d)     Membagi tujuan belajar jangka panjang atas tujuan-tujuan belajar terminal jangka pendek dan jangka menengah
e)    Gabungan dari berbagai cara pembinaan yang telah dikemukakan dari ( butir a  s.d.  d).
c.       Perhatian
             Perhatian dapat diartikan sebagai pemusatan energy psikis yang dilakukan secara sadar terhadap suatu (objek/materi pelajaran).
d.      Berfikir
      Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang berupa upaya melukiskan gagasan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dengan memperhitungkan hubungan sebab akibat dan dirangkaikan secara logis dan rasional.
e.       Ingatan/lupa
           Ingatan atau memori adalah suatu kegiatan kognitif yang memungkinkan seseorang dapat mengemukakan kembali pengetahuan yang telah dimilkinya. Mengingat merupakan kemampuan untuk mengemukakan kembali pengetahuan atau pengalaman yang telah diperoleh.
f.       Belajar lanjut (overlearning)
      Menurut Mietzel (1977:8-10), seseorang yang telah mempelajari unit pelajaran tertentu beberapa waktu kemudian tidak dapat lagi mengingat seluruh apa yang pernah dipelajararinya. Bagian yang masih teringat makin lama makin berkurang dan menurun dengan cepat, dan yang tersisa masih dapat teringat dalam waktu yang agak lama.
g.      Reviusi/resitasi
      Reviu atau resitasi ialah suatu cara belajar yang dilakukan untuk memproduksi pelajaran yang aktif, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.


3Faktor Lingkungan Belajar
a.      Lingkungan belajar dalam kampus/tempat belajar
    Lingkungan alam dalam kampus mencakup keadaan, suhu, kelembapan dan pertukaran udara, serta cahaya dalam ruangan yang semuanya menyangkut sistem ventilasi dan penerangan ruangan /gedung. Dalam kategori ini termasuk pula tumbuh-tumbuhan yang ada dalam kampus.
b.      Lingkungan belajar di luar kampus/tempat belajar
Lingkungan alam di luar kampus mencakup topografi, flora dan fauna serta penduduk dan jenis mata pencaharian penduduk di sekitar kampus bisa menjadi sumber bahan ajar dan sumber inspirasi bagi warga dan pamong belajar untuk menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar yang bergairah.

4. Sistem Penyajian
            Sistem pembelajaran PLS dapat memengaruhi proses interaksi belajar antara lain kurikulum,               bahan pelajaran, dan metode penyajian.

Referensi:
Basleman, Anisah dan syamsu mappa. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Minggu, 29 September 2019

DEFINISI PENDIDIKAN NONFORMAL





Kamil (2011: 13), menjelaskan berbagai definisi tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh beberapa para ahli:
  1. Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosisal, Hamojoyo (1973:vii).
  2. Secara luas coombs (1973:11) memberikan rumusan tentang pendidikan nonformal adalah : setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar.
  3. Niehoff, (1977:8) merumuskan pendidikan nonformal secara terperinci yakni: nonformal education is defined for our purpose as the method of assessing the needs end interests of adults and out-of school youth in developing countries-of communicating with them , motivating them to patterns, and related activities which will increase their productivity and improve their living standart.
  4. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial dalam hal ini adalah semua kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan olah raga dan rekreasi yang diselenggarakan di luar sekolah bagi pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang diselenggrakan dengan menggunakan kurikulum sekolah. (article.2) lifelong learning in japan. (1992:39)
Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan nonformal dalam proses penyelenggaraannya memilki suatu sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam pendidikan nonformal.




Referensi :

Kamil, Mustofa. 2011. Pendidikan Nonformal (Pengembangan melalui Pusat Kegiatan Belajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang)). Bandung: Alfabeta.

Kamis, 26 September 2019

ALASAN KENAPA KAMU HARUS BANGGA MEMILIH JURUSAN PLS/PENMAS




Hallo guys welcome to my blog, pada kesempatan kali ini saya akan membahas kenapa kamu harus bangga memilih jurusan PENMAS atau dulu dikenal dengan nama PLS (Pendidikan Luar Sekolah). Sebelum jadi mahasiswa pasti kita akan merasa dilema dengan jurusan apa yang akan kita pilih nantinya. Oleh karenanya, kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan kepribadian serta minat yang kamu sukai karena itu yang akan menentukan nasib masa depan kamu. Dan bagi kalian yang sudah memilih jurusan PENMAS karena keinginan kalian sendiri, mungkin sebelumnya sudah mencari tahu keunggulan atau prospek kerja dari jurusan tersebut. Namun bagaimana dengan sebagian orang yang memilih jurusan tersebut karena bukan keinginannya, pasti belum tahu dan masih merasa bingung tentang jurusan PENMAS/PLS. Tapi kamu tidak usah khawatir tentang itu, karena jurusan Penmas memiliki cakupan yang sangat luas mengenai kehidupan yang ada didalam masyarakat. Sebelum kamu tahu alasannya kenapa, mari kita simak terlebih dahulu apa itu Pendidikan Masyarakat?.
Pendidikan masyarakat atau PLS adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan). Dan program-program yang ada dalam cakupan Penmas, antara lain: kepemudaan, Ormas, PAUD, Bimbel, Homeschooling, Kursus dan Pelatihan, Kesetaraan Paket A, B dan C, Pemberdayaan Perempuan, Sekolah Alam, Pengembangan SDM Outbound, Ekstrakurikuler Pramuka, Keaksaraan Fungsional, Pendampingan Anak Jalanan, Taman Bacaan Masyarakat, dan lain-lain. 
Dan berikut alasan kenapa kamu harus bangga memilih jurusan Penmas yang harus kamu ketahui diantaranya: (1) Jurusan PLS/Penmas ikut berperan dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada di masyarakat melalui program-program aktual yang ada di dalamnya, salah satu contohnya adalah program pemberdayaan masyarakat. (2) Jurusan ini berorientasi untuk menghasilkan para lulusan yang bukan hanya sebagai pencari kerja, namun juga menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan kemampuan untuk mandiri dalam menciptakan lapangan pekerjaan. (3) Program-program yang ada di dalam Pendidikan Luar Sekolah itu berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat. (4) Mahasiswa yang mengambil jurusan PLS akan memiliki kompetensi yang memiliki keahlian dalam mengolah lembaga baik formal maupun non formal.(5) Karena Pendidikan Luar Sekolah memiliki cakupan program yang luas, maka prospek kerja yang dapat dijadikan sebagai peluang pekerjaan juga banyak.